KOTABARU, aktualkalsel.com — Sejak Jumat ( 27/3/2020 ) pagi hingga malam hari, Ratman, A.Md. Kep, mantri desa Sesulung, Kecamatan Pamukan Selatan, Kabupaten Kotabaru terus melayani pasien di rumah dinasnya sekaligus merangkap poskesdes.
Dengan senyum, mantri desa kelahiran 1981 itu melayani semua pasien yang datang berobat ke rumahnya.
” Maaf saya terlambat membalas pesan anda, sebab pasien yang berobat sampai malam. Ditotal dari pagi hingga malam ini jumlah pasien yang berobat 22,” katanya melalui aplikasi WhatsApp kepada aktualkalsel,Jumat malam.
Mantri Ratman begitu warga desa Sesulung memanggilnya, merupakan “dokter” satu-satunya rujukan pertama jika masyarakat ingin berobat.
Warga desa sangat senang dengan kinerja ayah dua orang anak itu dalam melayani mereka. Karena dengan penuh kesabaran melayani warga yang berobat.
Seperti yang terjadi Senin ( 23/3/2020 ) lalu misalnya, sekitar pukul 07.00 wita seorang lelaki tua — yang mengaku umurnya sudah 70 tahun — sambil berjalan tertatih tatih mendatangi untuk berobat.
Ditemani anaknya, lelaki tua itu kepada Ratman menjelaskan, kakinya baru diseruduk sapi sehinga robek beberapa centi.
Sebagai mantri desa, jam kerja Ratman — dalam melayani pasien — tidak seperti puskesmas- puskesmas lain pada umumnya yang pada jam tertentu pelayanan tutup. ” Saya siap siaga melayani pasien 24 jam di rumah,” ungkapnya.

Ratman menjelaskan, jumlah pasien berobat ke poskesdes rata-rata penderita asam urat dan kolesterol. Maklum, masyarakat di daerah ini makanannya banyak dari laut, seperti cumi – cumi dan kepiting.
Hingga sekarang Ratman sudah mengabdi di desa Sesulung selama 14 tahun. Dengan demikian tentu banyak suka dan dukanya.
Selama menjadi mantri desa, salah satu yang pengalaman tak terlupakan ketika membantu orang melahirkan. Waktu itu tidak ada bidan desa mau tidak mau terpaksa Ratman yang harus membantu persalinan.
Dan alhamdulillah, ungkap Ratman, dua tahun lalu sudah ada bidan yang bertugas di desa ini membantunya. Bidan inilah yang melayani persalinan dan Ratman kerap mendampingi.
Pengalaman lainnya ketika merujuk salah satu pasien lewat laut menuju Kotabaru menggunakan speedbood, mesinnya meledak.
Akibatnya, terpaksa perjalanan dihentikan sementara dan singgah di desa terdekat.
” Itu pengalaman saya ketika bawa pasien rujukan, dan sulit dilupakan,” katanya.
Sebagai mantri desa, masyarakat tidak hanya mendatangi rumahnya ( tempat praktek ) untuk berobat, tapi juga kerap memanggilnya ke rumah. Sedangkan tempat tinggal Ratman dengan pasien yang dikunjungi cukup jauh.
” Warga desa di sini kadang cukup aneh juga, sebab sakit gigi saja mereka minta saya datang ke rumah untuk mengobati,” ungkap alumni STIKES Darul Azhar Batulicin itu sambil tersenyum.
Ratman tidak pernah mengabaikan warga yang minta pertolongan dirinya untuk diobati, kecuali pada kondisi tertentu. Misalnya sudah larut malam.
Ratman mengakui, bila jauh malam dia tidak bisa datangi pasien. Hal ini disebabkan kondisinya tidak memungkinkan. Salah satunya jalan terjal dan gelap.
Pasien yang Ratman obati tidak pernah ditetapkan tarifnya. Berapa saja diterimanya, baginya bisa menolong, mengobati warga yang sakit sudah menjadi kepuasan batinnya.
” Untuk pasien yang berobat di poskesdes, di kediaman saya, gratis. Dan mereka yang memanggil saya datang ke rumah, saya tidak pernah mematok bayaran. Terserah saja berapa mereka mampu,” ungkapnya.
Ratman punya pengalaman menarik selama menjadi mantri desa, pernah mengobati pasien dan dibayar seikat kepiting.
Meski sudah 14 tahun menjadi mantri desa Ratman tidak punya niat atau keinginan untuk pindah ke kota. ” Saya senang mengabdi di desa ini, bisa melayani mereka yang rata-rata pekerjaannya nelayan,” ungkapnya.
Ratman punya mimpi poskesdes nya punya ambulan laut sebagai alat transportasi untuk membawa pasien rujuk. SKR
Discussion about this post