“MUNGKIN panasnya mencapai 200 derajat”, komentar seorang jamaah umrah ketika berwisata di areal Jabal Magnet, Madinah al Munawaroh sambil nyeruput teh super panas yang disodorkan pedagang berkulit hitam legam, tinggi besar.
Teh yang kami pesan itu dikemas dalam cup menyerupai gelas semi kertas tebal sehingga ketika dipegang tidak sepanas ketika disyruput.
Di hamparan pasir , di kaki Jabal Magnet , di siang bolong lagi, jangan ditanyakan derajat panasnya udara. Tapi dengan kemurahan Alloh SWT di sana dihadirkan tiupan angin cukup kencang tanpa henti, membuat udara yang melebihi panas ‘menggantang’ –terik banget– itu, jadi terasa ada isis2-nya alias semilir.
Itu pula yang jadi pertimbangan beberapa jamaah PT Kaltrabu Banjarmasin yang ziarah kesana awal Maret 2017, berani memesan teh panas dengan tinggi derajatnya tidak biasa bagi kita orang Indonesia: super hot!
Memang sebagian besar memilih pesan es krim merek paling terkenal sejagad yang juga dijual disana, untuk menghilangkan dahaga.
Saya pesan dua cup untuk dibagi ke teman. Harganya 3 riyal atau lebih mahal dibandingkan di pusat perbelanjaan dekat Masjid Nabawi. Tapi di sini ukurannya lebih jumbo.
Yang unik adalah pada prosesi penyajian teh ala Jabal Magnet ini. Teh curah dimasukan dalam ceret –disana rata rata warnanya keemasan karena terbuat dari tembaga– tapi sudah bercampur angus hitam karena sepanjang waktu diletakkan di atas tungku yang mirip lepengan besi panas.
Dari ceret itulah teh pesanan pembeli dituang , tanpa ada saringan sehingga ampas teh curah tadi ikut masuk ke dalam cup. Mirip teh cenceman yang biasa dianut penikmat teh di Jawa.
Eee ternyata penyajiannya memang demikian: satu cup teh super hot plus ampahnya menjadi khas teh Jabal Magnet!
Dan, ternyata , ternyata ketika disyruput dalam panas buta di suhu terik menggantang, teh itu luar bisa nikmatnya. Rasa daun teh asli yang agak pahit, hadir di sana.
Pokoknya top abis ujar anak anak zaman now. Saking nikmatnya untuk menghabiskan satu cup ukuran agak jumbo, tidak memerlukan waktu lama. Dalam kondisi teh super hot , sekalipun.
Nikmatnya teh cencem ala Jabal Magnet ini sungguh menyempurnakan ziarah ke areal yang dari namanya saja terdengar agak ‘misteri’.
Disebut misteri Karena tebing bukit itu siap menolak setiap kendaraan peziarah yang datang , agar menjauh dari areal bukit.
Akibatnya, jangankan mobil, bus dengan penumpang penuh pun siap terpental mundur. Maka setiap perjalanan beberapa kilometer menjelang finish ke jabal, menjadi pekerjaan ekstra berat bagi supir. Mereka harus mengencangkan pijakan gas sebagai perlawanan terhadap penolakan magnet.
Tetapi ada bonus ketika kembali pulang, supir tak perlu capek capek karena terdorong kencang sementara mesin dalam kondisi off. Aneh tapi nyata nya lagi, jalan raya satu arah itu bila kita pulang kondisinya justru menanjak tinggi.
Umi sri
Discussion about this post