BANJARMASIN aktualkalsel.com–Diani Kartini dan Amalia Wahyuni, dua perempuan beda profesi ini kini tengah hits di pemberitaan media sosial awal September 2024.
Diani Kartini seorang dokter yang telah bekerja di RS Medistra Jakarta selama 14 tahun. Bukan dokter biasa dia adalah Dr dr Diani Kartini, SpB Subsp.Onk (K), Spesialis bedah onkologi. Viral karena melakukan perlawanan atas sikap rasisme di rumah sakit tersebut terhadap ajaran Islam dengan melarang karyawan muslimahnya mengenakan jilbab.
Perlawanan dokter Diani menjadi viral, dia tahu konsekwensi perlawanannya yaitu bisa dipecat. Dan, dokter spesialis ini memilih konsekwensi tersebut demi mempertahankan akidahnya.
Dari Kalimantan Selatan juga muncul sosok seorang guru di Banjarbaru: Amalia Wahyuni. Kalau dokter Diani melawan kebijaksanaan rasus di koorporet tempatnya bekerja, maka Amalia melawan sikap ‘sangat tidak bebar’ seorang kepala dinas pendidikan Kalsel.
Berawal dari Amalia menjadi peserta penanggulangan kekerasan yang diadakan Dinas Pendidikan Kalsel di sebuah hotel bintang di Banjarmasin. Di situ panitia meminta peserta tidak memaikan hp ketika sang kepala dinas memasuki ruangan.
Ee ternyata ketika memasuki ruangan sang kadis mengenakan sandal jepit, pakaian tak rapi plus merokok. Usai memberikan sambutan pembukaan, kepala dinas yang bernama Muhammadun tersebut berbincang dengan peserta tetap sambil merokok, asap pun menyembul di ruangan ber ac tersebut.
“Saya menegur dengan sangat sopan: maaf bapak saya gak tahan dengan asal rokok,” tulis Amalia di akun medsosnya.
Bukan menatikan rokok, sang kadis malah meminta Amalia keluar saja bila tidak tahan asap rokok. Dia pun keluar ruangan, ee ternyata ada telpon dari kepala sekolah yang meninta Amelia pulang saja.
Di rumah guru honor di satu sekolah di Banjarbaru ini membuat konten vlog. Di tayangan itu dia menceritakan pengalaman di ruangan ber AC yang berasal rokok tadi. Plus mengharap agar gubernur Kalsel lebih selektif dalam memilih kepala dinas.
Tayangan Amelia diminta dihapus oleh kepala sekolah dengan alasan demi kebaikan bersama. Sabg guru menolak, dengan argumen demi prinsip kebenaran walaupun dengan konsekwensi dipecat.
Tindakan dua perempuan beda profesi ini mendapat dukungan luar biasa bukan hanya dari nitizen dunia maya tetapi juga dari berbagai komunitas yang mengusung kebebaran. Mereka pasang badan untuk keduanya.(tim)
Discussion about this post