BANJARMASIN, aktualkalsel.com — Salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu Ustadz Suhuful Amri mengungkapkan, kepemimpinan Zairullah Azhar sangat dirindukan masyarakat di daerah ini.
” Ketika menjabat bupati pertama Tanah Bumbu banyak pembangunan monumental yang dibuat, misal pembangunan kantor bupati dan komplek perkantoran di Gunung Tinggi, istana anak yatim di Batulicin yang cukup megah,” kata Suhuful yang juga dai cukup dikenal di Bumi BERSUJUD.
Selain itu, lanjut Suhuful, Zairullah juga membangun kantor DPRD Kabupaten Tanah Bumbu,membagun masjid Agung Nurussalam, dan kegiatan
Pembangunan Desa Sejahtera Bersujud ( PDSB ), yang mana pada masa itu tiap desa mendapatkan bantuan Rp300 juta pertahun.
Selain itu, dimasa kepemimpinan Zairullah, Tanah Bumbu bisa melakukan pemekaran dari lima kecamatan menjadi 10 kecamatan.
Zairullah menurut kiyai yang satu ini merupakan pemimpin multitalenta.
” Semua ada pada diri beliau, terutama yang membuat saya menaruh hormat adalah karena kasih sayangnya kepada anak-anak yatim, dan para orang tua, termasuk jompo yang tidak luput dari perhatiannya,” katanya.
Kembalinya Zairullah menjadi calon bupati Tanah Bumbu, ungkap Suhuful membuat dirinya dan tokoh-tokoh di daerah bersyukur kepada Allah, kenapa? Karena selain anak-anak yatim akan semakin bertambah lagi yang bisa diayomi, dididik di sekolah yang dikelola Zairullah, para janda-janda tua, jompo kembali diperhatikan.
Dan masyarakat, terutama tetuha kampung, jelas Suhuful, sangat merindukan suasana seperti era Zairullah memimpin daerah ini.
Dimana setiap malam Jumat dilaksanakan pengajian rutin, dan mereka yang hadir tidak hanya dari masyarakat Tanah Bumbu tapi juga dari Banjarmasin dan Hulu Sungai.
” Jujur setelah Pak Zairullah tidak lagi menjadi bupati, pengajian seperti itu tidak ada lagi. Mudahan pak Zairullah terpilih, sehingga suasana religius kembali kita rasakan,” katanya.
Suhuful mengaku sedih dan sangat prihatin terhadap adanya segelintir orang yang menganggap Manajemen Ilahiah, yang pernah dilakukan di era kepemimpinan Zairullah, tidak perlu ditonjolkan dan penting. Itu sangat keliru besar.
Karena apapun yang dikerjakan kita selalu meminta berkah dan keridhoan Allah SWT.
Bahkan dalam teks Pancasila, pada sila pertama — dari kelima sila — disebutkan Ketuhan Yang Maha Esa. Itu artinya, masalah keagamaan jelas paling utama, dan dalam agama apapun. Bukan kaleng-kaleng atau pelengkap pelaksanaan pembangunan. SKR/Edwan
Discussion about this post