BERDIRILAH di depan pintu utama Masjidil Haram, menghadap Tower Zamzam yang menjulang di seberangnya. Sebuah megatron raksasa terlihat di beranda bangunan yang menjadi topangan jam tertinggi dan terunik se jagad itu.
Kehadiran megatron raksasa itu sudah cukup lama, paling tidak jauh lebih dahulu ketimbang pesan resmi yang dikeluarkan kementrian luar negeri Arab Saudi tentang larangan selfie bagi jamaah haji dan umrah di dua masjid suci: Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Di megatron itulah setiap saat dihadirkan imbauan larangan selfie tadi dengan menggunakan beberapa bahasa. Yang paling saya ingat ada Bahasa Indonesia selain Bahasa Arab, Inggris dan Perancis.
Saya memang terlambat memperhatikan megatron itu, baru dua hari menjelang meninggalkan kota kelahiran Rasulullah, usai Solat Magrib yang hanya kebagian tempat di halaman luar masjid.
Di antara benderang cahaya yang ditebarkan (mungkin) dari sejuta titik lampu, larangan selfie di megatron yang ditampilkan secara display itu memang jauh dari stand out, menjadi samar samar dan terasa makanya tidak lebih dari imbauan larangan merokok di billboard-billboard di negeri kita.
Berapa jumlah perokok yang berhenti setelah membaca iklan di billboard? Walaupun pesannya menggunakan dampak dampak mengerikan yang ditimbulkan tembakau yang dihisap.
Pertanyaan mirip itu pula yang saya pendam saat pertama kali memperhatikan megatron yang posisinya dengan bangunan Masjidil Haram hanya dipisahkan jarak plasa masjid.
Bahkan mungkin tak ada yang membacanya atau setidaknya menyimak. Bukktinya Rata-rata jamaah Masjidil Haram tetap ber-selfie ria di dalam areal masjid teristimewa di lintasan tawaf.
Selfie dengan latar Kabah menjadi favorit jamaah, bahkan mulai banyak yang ber-vlog ria di sana.
Paling tidak ini yang saya saksikan sekira tujuh bulan lalu , waktu sebelum dikeluarkannya larangan resmi dari pemerintah Saudi melalui kawat diplomatik ke seluruh dunia yang berkepentingan dengan ibadah haji dan umrah.
Pertanyaanya: apakah larangan melalui lembaran negara itu akan efektif menghentikan aksi selfie jamaah ketika beribadah di dua masjid suci itu?
Media media memang masih sebatas memberitakannya, tanpa skeptis. Boleh jadi karena melihat larangan ini tak begitu ‘seksi’ untuk dikuliti atau pula karena menganggap larangan biasa seperti yang sudah-sudah tentang larangan membawa rokok toh masih banyak rokok diselipkan di antara dalam koper jamaah.
Dan, akankah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi benar benar bisa ‘lenyap’ dari latar selfie ria para jamaah? Pun, akankah para asykar di sana mampu menghalau para pemilik hape sebagai tindak pencegahannya?
Bila pemerintah Saudi menganggap larangan ini serius dan prioritas untuk diterapkan maka boleh jadi akan dimulai dari larangan membawa smartphone bagi jamaah yang memasuki dua masjid suci tersebut. Dan ini pernah diterapkan sangat disiplin di Masjid Nabawi namun belakangan tidak lagi. Umi sri
Discussion about this post