BANJARMASIN aktualkalsel.com—Warga Kota Banjarmasin pernah memiliki monumen Pahlawan Revolusi peristiwa kelam 30 September berupa relief yang dibangun megah di ujung timur halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin.
Di bawah naungan rindangnya pohon pohon besar di sana, relief wajah tujuh Palawan Revolusi plus putri Jenderal A Yani Nasution yaitu Ade Irma Suryani Nasution itu bisa disaksikan langsung oleh mereka yang lalu lalang baik di Jalan Lambung Mangkurat maupun Jalan PLN.
![](https://aktualkalsel.com/wp-content/uploads/2021/09/21789C60-C9CF-46D1-9253-393E0C82979E-1024x768.jpeg)
Namun, relief wajah para jenderal yang menjadi korban keganasan PKI pada akhir September 1965 itu sudah lama tidak ada lagi. Dibongkar atau dipindahkan, belum jelas.
Penulis pernah menelusuri dengan menanyakan kepada beberapa pengurus masjid terbesar di Kalsel itu, namun tidak ada yang mengetahui pasti, kapan monumen itu dibongkar atau dipindahkan ke mana.
Beberapa warga menyebutkan sepertinya hilangnya monumen keganasan PKI itu terjadi beberapa tahun setelah berakhirnya era orde baru setelah adanya reformasi di negeri ini.
“Sepertinya setelah Orba berakhir,” ujar Wahyu, warga yang mengaku sejak kecil melihat menumen relief tersebut.
Menurutnya, di era 80 an, dia bersama banyak teman kerap datang ke tempat itu untuk mengagumi relief para jenderal.
“Kan di sekolah dipelajari sejarah keganasan PKI khususnya peristiwa G 30 S/PKI itu,” ujar dia.
Apakah tidak ada lagi kota ini menyimpan monumen sejarah tersebut setelah dibongkarnya relief megah itu? Jawabannya adalah, setidaknya masih ada tersisa di sebuah halaman luas di kawasan jalan yang sama tepatnya di dinding bagian luar sebuah bank swasta yang berada di pertigaan jalan antara Jl Lambung Mangkurat belok kiri menuju Jk Hasanuddin HM Banjarmasin.
Namun, tentu reliefnya tak seagung yang dulu di pojok timur halaman Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin itu.
Ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut ialah Jenderal Ahmad Yani, Jenderal S. Parman, Jenderal Suprapto, Jenderal Sutoyo, Jenderal MT Haryono, Jenderal Panjaitan, dan Kapten P. Tendean. Sebagai penghargaan kepada mereka, pemerintah memberi gelar Pahlawan Revolusi.
(uumsri)
Discussion about this post