SUATU malam, usai pengajian rutin di Pendopo Darul Azhar Banjarmasin, Astuti Rumakabis, SH, wanita asal Ambon, tepatnya dari Kecamatan Seram Bagian Timur, Kabupaten Bula mendekati Zairullah Azhar.
Dengan suara pelan dia berkata, ” Ayah, berkat restu dan doa pian, ulun sudah diwisuda kemarin, ” katanya .
Berlinang air mata, Tuti begitu panggilan akrab Astuti Rumakabis mohoni izin untuk pulang ke Ambon karena keluarganya ada yang menjadi korban gempa, belum lama ini.
Zairullah pun dengan rasa haru memberikan restu. ” Alhamdulillah, anak ayah sudah jadi sarjana. Nanti mau kerja di Ambon ya?, ” tanya Zairullah dengan suara datar. ” Iya ayah, Tuti Insyaallah akan kerja di Ambon, ” ungkap Tuti yang baru saja diwisuda dari Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.
Menurut Tuti, Zairullah merupakan sosok yang luar biasa bagi anak-anak yatim, khususnya bagi dirinya pribadi.
Ketulusan bupati pertama Kabupaten Tanah Bumbu, dan anggota DPR RI periode 2019 – 2024 dalam mengasuh, menyantuni anak yatim memang luar biasa. ” Bagi saya sulit dicari bandingnya. Untuk saya, beliau segala galanya. Perhatianya, iya seperti ayah dan ibu, ” kata Tuti kepada AKTUAL.
Sambil menyantap kelapa muda dan semangkok bakso di salah satu warung di depan SMA5 Banjarmasin, Sabtu ( 19/10/2019 ) malam, Tuti bercerita, dirinya sudah hampir 10 tahun menjadi anak asuh Zairullah.
Pada 2009, Tuti bersama 100 orang lebih warga Ambon ” hijrah ” ke Batulicin melalui perantara seorang habib.
Orang Ambon, di Kampung Tuti, awalnya mentertawakan, mana ada orang yang mau menampung ribuan anak yatim dan menyekolahkanya.
Namun akhirnya mereka percaya, ada seorang bernama Zairullah melakukan itu, yang kala itu menjabat bupati Tanah Bumbu.
Tuti dan kawan – kawannya ditampung di Istana Anak Yatim Darul Azhar Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu.
Mereka di sekolahkan. Termasuk Tuti yang kini sudah menyandang gelar SH.
Tuti masuk Istana Anak Yatim ketika dibangku kelas I MTS ( setingkat SMP).
Dari 100 warga Ambon yang awalnya tinggal di istana — sebutan untuk anak yatim — hingga sekarang hanya tinggal dua orang yang bertahan. Dan keduanya sudah sarjana.
” Dari dua orang itu, salah satunya saya, ” ungkap Tuti.
Tinggal di istana bagi anak santri dari Ambon, cerita Tuti, bukanlah hal mudah. Karena disiplin terlalu ketat.Terutama dalam melaksanakan ibadah sholat .Itu yang membuat mereka tidak tahan, dan minta balik ke Ambon.
Tuti sendiri mengaku hampir berkali kali mau berhenti dan balik ke Ambon. Namun setelah menerima nasehat dari Zairullah , Tuti mengurungkan niatnya hengkang dari istana.
” Saya sangat berterimakasih dengan ayahnda Zairullah, berkat beliau, saya bisa mengaji dan menjadi seorang sarjana. Terimakasih kasih ayah, jasa beliau tiada pernah terbalas oleh anak-anak istana, ” ungkap Tuti dengan mata berkaca-kaca.
Tuti mengatakan, tidak banyak orang seperti Zairullah yang mengasuh anak yatim dengan setulus hati.
Anak -anak istana, disekolahkan mulai bangku SD hingga sarjana
Mereka dikuliahkan ada yang di pulau jawa, Hadraulmaut, dan di Banjarmasin. Dan yang sudah sarjana lebih 100 orang.
Bahkan semua sarjana yang sudah lulus dipekerjakan di tempat- tempat yayasan pendidikan milik Zairullah, seperti di Yayasaan Pendidikan Darul Azhar Bersujud Batulicin, seperti MI, MTs, MA, dan STIKES Batulicin.
Tidak hanya di Batulicin, kata Tuti, anak istana yang sudah sarjana dipekerjakan di kampus – kampus milik ayah ( sebutan untuk Zairullah ), STMIK Indonesia Banjarmasin, STIA BINA Banua Banjarmasin , STIENAS Banjarmasin , dan AKPARNAS Banjarmasin.
Rencananya Jumat lusa Tuti balik ke Ambon. Rasa sedih bergelayut dalam hatinya. SKR
Discussion about this post