MESKI pilkada Kotabaru baru digelar 2020 mendatang, namun suhu politik di daerah ini semakin menghangat.
Siapa-siapa calon bupati yang bakal bertarung pada pilkada nanti, baru dua nama yang mucul kepermukaan. Sementara nama- nama lainnya belum mencuat masih belum *
Pertama, bupati pertama Kabupaten Tanah Bumbu Zairullah Azhar, yang Selasa ( 1/10/2019 ) dilantik jadi anggota DPR RI periode 2019- 2024.
Kedua Said Jafar yang saat ini masih menjabat bupati Kotabaru.
Pada pilkada mendatang, kedua tokoh ini diyakini masuk sebagai kandidat untuk dipilih sebagai bupati Kotabaru 2020-2025 mendatang.
Kedua tokoh ini cukup dikenal masyarakat. Dan punya dukungan basis yang jelas.
Zairullah Azhar misalnya, dia mempunyai dukungan ril di kalangan pesisir. Karena di daerah itu — maaf bukan masalah kesukuan — yang tinggal di sana mayoritas orang bugis.
Munculnya nama Zairullah sebagai salah satu calon bupati Kotabaru bukan “dadakan”. Tapi sejak pileg April 2019 lalu.
Saat melakukan kunjungan kerja ke daerah pesisir Kotabaru, pada sesi dialog, masyarakat selalu minta agar pengasuh istana anak yatim Darul Azhar itu mau mereka calonkan.
Alasannya, masyarakat di sana ingin punya pemimpin baru yang bisa memahami dan menyalurkan aspirasi mereka.
Zairullah di mata mereka, merupakan sosok yang pas memimpin daerah ini. Karena banyak pengalaman di pemerintahan, dan legislatif. Dua kali terpilih sebagai anggota DPR RI.
Saat kampanye pileg, di desa manapun tempatnya ,masyarakat dan tokoh mereka minta Zairullah bersedia dicalonkan jadi bupati.
Setelah terpilih menjadi anggota DPR RI, Zairullah kembali mengunjungi desa-desa di Kotabaru untuk mengucapkan terimakasih atas dukungannya.
Ketika bertemu masyarakat, mereka kembali minta Zairullah bersedia dicalonkan.
Mereka kembali mengemukakan alasan meminta Zairullah maju, karena ingin Kotabaru lebih maju seperti Tanah Bumbu, ketika dipimpin Zairullah.
Atas dasar itulah, masyakat disana menghajatkan Zairullah jadi bupati.
Atas permintaan masyarakat Kotabaru, akhirnya Zairullah bersedia dicalonkan dengan berbagai pertimbangan.
Disadari, keputusan Zairullah besedia dicalonkan, meski diyakini mendatangkan suara sumbang yang dari orang “ketakutanan ” dengan tampilnya Ketua DPW PKB itu pada pilkada Kotabaru.
Mungkin saja mereka berkata, ” Zairullah haus kekuasaan.”
Jika Zairullah haus kekuasaan tentu akan kembali mencalonkan diri sebagai bupati di Tanah Bumbu, bukan Kotabaru. Karena keterpilihan Zairullah di Bumi Bersujud cukup besar.
Seperti yang diungkap Hasanuddin, anggota DPRD Kabupaten Tanah Bumbu yang juga Ketua DPC PKB Kabupaten Tanah Bumbu, masyarakat di daerah ini ingin kembali dipimpin Zairullah.
Namun kata Hasanuddin, masyarakat harus ikhlas, karena Zairullah lebih memilih dan siap dicalonkan sebagai bupati Kotabaru.
Jika Zairullah kembali jadi bupati, tidak banyak lagi yang dibangun di sana. Dia sudah meletakan pondasi Tanah Bumbu.
Ketika meninggalkan Tanah Bumbu banyak pembangunan yang sudah dilaksanakan.
Tanah Bumbu lebih maju dari Kotabaru sebagai kabupaten induk, sebelum pemekaran.
Tanah Bumbu semakin maju setelah dipimpin Mardani H Maming, bupati kedua setelah Zairullah.
Melihat fakta demikian, tidak salah mayoritas masyarakat Kotabaru ingin Zairullah menjadi bupati mereka.
Ada anggapan untuk menjadi bupati, tidak perlu pemimpin cerdas, dan berpengalaman di pemerintahan dan legislatif, cukup menyiapkan uang puluhan miliar bahkan ratusan miliar dan dibagikan kepada masyarakat seminggu jelang pilkada atau malam harinya , dijamin terpilih.
Masyarakat Kotabaru diyakini bukan begitu. Mereka memang perlu uang, tapi mereka lebih ingin daerahnya maju dan berkembang.
Karena itulah, mereka menghendaki bupati mendatang memiliki kemampuan dan berkualitas, yang
Discussion about this post