BANJARMASIN aktualkalsel.com–“Maaf, maaf banget, selama film diputar mohon penonton tidak ada yang merekam ataupun mengambil foto di layar,” pinta Lamtiar Simolangkir ketika membuka acara nonton bareng (nonbar) film dokumenter berjudul ‘InvisibleHope’ di Studio XXI Banjarmasin Sabtu 3 Juni 2023 sore.
Lamtiar adalah sutradara sekaligus produsen film dokumenter yang mendapat penghargaan terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 2023 sebagai film dokumenter terpanjang yaitu sekitar 1 jam 45 menit. Dia road show ke beberapa kota di Indonesia termasuk Banjarmasin.
Sebagai film dokumenter, InvisibleHope tanpa artis dan aktor pemeran utama. Semua pemeran adalah mereka sendiri yaitu para narapidana sebuah rutan perempuan dengan kasus narkoba. Selain narapidana juga sejumlah pegawai sipir rutan tersebut. Beberapa petugas medis dan dokter yang juga bertugas di sana. Jadi, riil dokumenter.
InvisibleHope seperti diakui sang sutradara, berbasis semacam ‘investigasi’ kehidupan narapidana perempuan narkoba dengan permasalahannya yaitu sebagai terpidana, ibu hamil dan ibu menyusui di balik jeruji besi terkhusus kehidupan bayi bayi yang lahir disana hingga menghabiskan masa anak anak mereka mendampingi para ibu yang harus mendekam di sana.
Sepanjang film diwarnai dengan penampakan narapidana hamil yang rebahan di dalam sel. Ada tiga atau empat bayi yang dilahirkan menjadi fokus film tersebut. Bayi yang harus berada di tempat yang tak seharusnya. Mereka tak luput dari penderitaan seperti kekurangan gizi, sakit hingga tangisan yang memilukan.
Sutradara ingin ada keadilan bagi bayi bayi tak berdosa ini agar setelah disajikan dokumentasi tersebut negara bisa hadir disana melalui regulasi cross kementrian sebagai solusi.
“Kami ingin Pak Jokowi nonton film ini,” ujar Lamtiar ketika dia menerima anugerah FFI yang juga dihadiri presiden.
Nonbar di Banjarmasin dibuka oleh gubernur Kalsel yang diwakili Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kalsel Adi Santoso serta dihadiri Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Puspa) Kalsel DR Mariani MH. Hadir juga sejumlah pejabat di dinas terkait dengan InvisibleHope serta sejumlah organisasi yang berkiprah di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak termasuk Ombudsmen Kalsel.
Nonbar di Studio XXI Banjarmasin itu dilanjutkan dengan diskusi yang dijadikan sebagai masukan bagi pihak produsen film kepada pemerintah agar bisa membuat regulasi yang menaungi bayi dan anak anak uang lahir dari narapidana perempuan seluruh Indonesia.(uumsri)
Discussion about this post