BILA jumlah pintu Gedung Lawang Sewu , sesungguhnya jauh dari seribu pintu, di Banjarmasin ada ‘warung’ yang tak berlebihan juga bila disebut ‘lawang sewu-nya Banua’ karena hampir setiap jengkal bangunannya adalah daun pintu. Bahkan variatif desain, warna dan ukurannya mengalahkan bangunan legendaris Semarang di atas.
Terletak di kawasan komersial baru Jl Jafri Zamzam Banjarmasin, bangunan dengan bumbungan tinggi ini menawarkan nuansa bahuela melalui kehadiran puluhan bahkan mungkin lebih seratus daun pintu dan jendela. Mayoritas sudah berusia standar antik. Barang tua bahkan ada yang keropos dimakan usia.
Kalau di Kota Semarang gedung bersejarah itu pintu pintu yang super banyak dipasang di kusen masing-masing, maka untuk bangunan di Jafri Zamzam ini pintu-pintu antik tua-nya menjadi dinding dan hiasan dinding.
Yang paling mencolok adalah dinding depan nyaris penutup kuda kuda bawah atap. Full aneka daun pintu antik. Entah berapa jumlahnya, mengawal papan nama bertuliskan: Warung Si Palui, sedia masakan khas Banjar. Di bagian bawahnya pintu masuk terbuka ukuran sangat besar.
Ya, Warung si Palui tampil dengan desain sangat tidak biasa dengan: ‘lawang sewu-nya’.
Berapa jumlah daun pintu antik-nya?
“Gak kehitung, banyak banget,” ujar Yeyen Yustan, owner Warung Si Palui sambil menunjukkan pintu pintu itu. Di bagian dalam daun daun pintu antik itu ada yang ditempelkan sebagai hiasan dinding ada pula yang menjadi daun pintu untuk ruang-ruang makan private.
“Mungkin lebih seratus,” ujarnya lagi.
Konsep yang nyaris gila!
Bila dirunut jejak mendapatkan koleksi daun pintu antik ini perlu daya upaya dan kesabaran tinggi. Misal, Yeyen dan tim meghubungi pihak pihak yang mempunyai profesi berhubugan dengan rehab rumah atau bangunan. Inden untuk daun pintu yang tak terpakai lagi.
“Ada yang beli ada juga yang dihadiahkan si pemilik pintu alias gratis. Kalau yang beli harganya juga bervariatif,” cerita Yeyen, putri bungsu penggagas sekaligus penulis cerita ‘si Pakui’, cerita humor rakyat Banjar yang menjadi khas sajian Harian Banjarmasin Post sejak awal terbitnya 2 Agustus 1971.
Berburu pintu jendela bekas ini dilakukan sampai ke berbagai kota di Kalimantan Selatan dengan sabar. Mulai dari cari info, inden, negosiasi, deal harga sampai pengangkutannya. Berbeda bila dikumpulkan dengan produksi masal bisa lebih cepat dan murah.
“Kisaran setahun lebih lah kami mengumpulkan hingga bisa mewujudkan desain Warung Si Palui seperti yang ada sekarang,” ujar ibu dua anak ini. Uumsri
Discussion about this post