RAMAH dan rendah hati, mudah bergaul dengan siapa saja, selain selalu melakukan inovasi baru bagaimana pelayanan kepada masyarakat semakin dipermudah sehingga mereka merasa enak.
Itulah sosok Gento Hariyadi, Kadisdukcapil Kabupaten Tanah Bumbu yang ingin menjadikan kantornya kelihatan sepi dari luar, tapi sibuk dengan berbagai aktivitas di dalamnya, karena sebagian urusan kependudukan cukup dilakukan di desa masing-masing kecamatan.
Sebagai seorang kepala, Gento — begitu Kadisdukcapil ini disapa — saat ini pihaknya berinovasi dalam meningkatkan pelayanan, misal pelayan yang disebut Detak Detik.
Pelayanan jenis ini, menurut Gento, dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan ini sudah dipresentasikannya pada ujian akhir Diklatpim II di Banjarbaru, belum lama ini.
” Prinsipnya, bagaimana saya bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Tanah Bumbu,” katanya di ruang kerjanya, Senin ( 19/12/2022 ).
Menjadi orang nomor satu di Disdukcapil boleh dibilang dimulai dari nol. Tidak mudah seperti membalikan telapak tangan.
” Saya bekerja di Disdukcapil ini sejak 2005, dan waktu itu masih menjadi tenaga honorer,” katanya.
Sebagai honorer, Gento memang tidak pilih-pilih dalam pekerjaan yang diamanahkan kepadanya semua dikerjakan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
Disuruh kerja macam-macam di kantornya, semua diraup Gento, dan dikerjakannya dengan hasil memuaskan. Bahkan, ayah dua orang anak itu, cukup lama menyopiri sang bos Kadisdukcapil ketika ia masih menjadi staf biasa.
” Disuruh ke sana ke mari, saya oke saja, padahal saya ini salah satu mantan kabag di perusahaan kayu lapis terbesar di Kalimantan Selatan, yang pusat di Jelapat, Kabupaten Barito Kuala,” ungkapnya.
Gento bercerita menjadi honorer waktu itu, tidak seenak sekarang honerer sekarang. Gajinya waktu itu hanya Rp500 ribu per bulan.
” Waduh sedihnya waktu itu, untuk beli susu anak saya saja tidak cukup,” ucap Gento mengenang masa lalunya.
Sebelum bekerja sebagai honorer di Disdukcapil, Gento menjadi salah satu kepala bagian di perusahaan kayu lapis ( Plywood ) PT Daya Sakti yang pendidikan waktu itu. Hanya SLTA, namun dipercayakan membawahi beberapa orang staf.
Cukup lama Gento bekerja di sana, dan karena alasan tertentu akhirnya keluar dari pekerjaannya dan” melanjutkan kuliahnya di Fakultas Pertanian Unlam di Banjarbaru.
Untuk mendapatkan gelar sarjana bagi Gento, bukanlah hal mudah. Kenapa? Karena harus berjuang sendiri membiayai kuliah .
” Pas akhir-akhir kuliah, uang yang saya kumpulkan selama kerja di perusahaan habis, dan saya harus memutar otak lagi agar bisa kuliah selesai. Dan berkat Allah saya bisa jadi sekarang,” ungkapnya.
Gento mungkin salah satunya PNS di lingkungan Tanah Bumbu yang tidak pernah pindah ke instansi lain, sehingga ia paham betul mengenai pelayanan dan kependudukan di daerah ini. RSB-01/Edwan